Monday, 11 February 2013

Photo - photo


Photo ini saat saya dan teman-teman jalan-jalan ke  Batu Dinding, Desa tanjung belit, Kampar kiri hulu. disana kami pergi 10 orang dengan memakai lima sepeda motor.
yang pergi kesana adalah Andhi, Ricki, Ririn, Fitri, kak Emi Yusnita, Budi Harizal, Ardianto, Teguh, Kak Dewi dan terakhir saya (memen haryadi).
Disana saya merasakan kecapaian karena jalan menuju batu dinding tanjung belit sangat terjal. cocok untuk berpetualang.Hutan masih alami dan kicauan burung disana sini.
Suatu saat nanti saya ingin pergi kesana lagi, semoga saja tercapai.

Photo ini saat saya masih semester satu di LP3I busines College di Pekanbaru, saat saya dan teman lainnya jalan-jalan sampai ke Air Tiris, Kampar dan dilanjutkan ke Masjid Agung Annur Pekanbaru. 
Teman yang pergi saat itu adalah Tary, Andhy, Iva, Veni Octavina, Nurbaiti dan saya sendiri ( Memen Haryadi).
Saat itu seharian kami pergi jalan-jalan, menghilangkan kepenatan setelah seminggu menjalankan aktifitas kuliah yang super sibuk waktu itu, membuat pusing kepala, tiap hari tugas ketugas.

Photo selanjutnya saat saya selokal Office Management (OM) 1 junior akan melanjutkan ke semester III, jadi Miss Dora yang merupakan Dosen Kami yang mengajar Management mengajak jalan-jalan Ke Taman Diponegoro tepatnya disamping Arya Duta Pekanbaru. 
Photo ini adalah photo adek saya yang paling kecil.


Sunday, 3 February 2013











Hidup Semangat dan Bermanfaat, Bahagia Dunia Akhirat


Oleh Memen Haryadi
Hidup adalah sebuah anugerah terindah yang Tuhan berikan kepadaku. Tanpa hidup ini, aku tidak tahu dan tidak akan pernah tahu arti sebuah perjuangan, arti sebuah pengorbanan dan usaha untuk menjadi lebih baik dan yang terbaik, membawa manfaat untuk orang lain, mencintai orang yang aku sayangi dan membahagiakan orang yang menyayangi aku.
Hidup yang aku jalani bukanlah hidup yang sempurna. Tetapi juga bukan hidup yang tidak bahagia. Hidup aku sangat bahagia, bahkan mungkin aku adalah orang paling bahagia di dunia ini. Aku mempunyai pahlawan-pahlawan yang sangat menyayangi dan mengasihi, sehingga mereka menjadi idolaku dari semenjak lahir hingga detik ini.
 Aku dilahirkan di sebuah desa yang masih asri. jauh dari keramaian dan kebisingan kendaraan. Saat usiaku 1 tahun, aku dan keluarga pindah ke Kota Lipatkain, Kampar kiri yang aku tempati sampai saat ini.
Orang tua ku selalu memberikan semangat hidup, Beliau banyak mengajari aku ilmu dunia dan akhirat serta arti sebuah kehidupan. Aku dibesarkan di lingkungan keluarga yang sederhana. Menurut orangtua ku hidup akan lebih teratur dan aman dengan aturan. Tidak ada sanksi fisik yang beliau berikan, hanya nasihat-nasihat yang kadang membuat aku merasa bersalah karena telah melanggar aturan yang telah dibuat beliau. Sebenarnya peraturan itu juga demi kebaikanku, hanya saja aku belum menyadarinya saat itu.
Dari hidup yang biasa aku ingin menjadi luar bisa. Menurutku hidup bukan hanya mengikuti takdir tetapi hidup adalah suatu perjuangan, suatu pengorbanan untuk meraih sebuah kesuksesan yang sesungguhnya. Kesuksesan tidak bisa diraih dengan begitu saja tetapi memerlukan usaha, pengorbanan dan semangat, serta modal yang cukup. Salah satu modalnya adalah pendidikan. hidup tanpa pendidikan ibarat orang buta kehilangan tongkat. Dia tidak bisa hidup dengan baik. Hidup hanya sekali maka harus aku gunakan hidup ini untuk sesuatu yang berguna baik di dunia maupun di akhirat, untuk diri sendiri maupun orang lain, serta untuk membahagiakan orang-orang yang aku sayangi.
Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, asal kita mau berusaha pasti ada jalan. Inilah yang membuat aku bersemangat untuk berusaha dan berusaha mewujudkan cita-cita. Cita–citaku sederhana, ingin menjadi orang yang sukses, yang bisa membahagiakan orang tua . Sebuah cita-cita yang telah terukir sejak lama dalam memory-ku, yaitu sejak aku masih di bangku SD. Tapi, ternyata jalan menggapai cita- cita ini tidak mudah untuk aku lalui dengan tangan kosong. Pendidikan yang tinggi adalah bekal hidup aku menjemput cita–cita tersebut. Dan salah satu syarat dari sebuah pendidikan adalah biaya. Faktor biaya cukup membuat aku kesulitan dalam pendidikan. Sebab orang tuaku aku hanya seorang petani biasa. Apalagi, beliau masih membiayai aku dan ketiga adikku yang sekarang juga sedang menuntut ilmu.
Kenyataan bahwa aku anak desa yang ingin menggapai cita-cita membuat napas ini terasa berat. Tapi, dari sinilah aku ingin membuktikan bahwa anak desa tidak selamanya tertinggal, tidak berpendidikan, dan tidak sukses. Anak desa juga bisa mempunyai cita-cita yang tinggi dan sukses daam hidupnya. Walaupun dengan biaya yang pas-pasan, aku tetap ingin bersekolah setinggi-tingginya hingga cita-citaku tercapai. SD, SLTP, SMA aku tempuh di desa tetapi untuk kuliah  aku ingin di kota, aku ingin suasana yang baru.
Awalnya aku tidak begitu yakin bisa hidup jauh dari orang tua yang menjadi pahlawan hidupku yang pertama. Hal ini berlangsung selama beberapa minggu. Sering aku merasa sedih dan bersalah telah meninggalkannya di rumah, apalagi awalnya beliau tidak begitu setuju aku kuliah di kota.  hingga detik ini aku belum bisa membalas jasa-jasa beliau.
Lalu, apakah aku kuliah hanya sekedar berangkat lalu pulang dan biasa-biasa saja? TIDAK…! Aku harus berusaha, kuliah yang sungguh-sungguh agar perjuangan beliau tidak sia-sia. Dalam hati aku bulatkan tekad dan keyakian bahwa kuliah di kota ini akan aku niatkan ibadah, dan bekal mencari ilmu untuk mengubah nasib aku menjadi lebih baik dan membuat bahagia orang tuakuku kelak. Melihat aku yang begitu bersemangat, akhirnya beliau merelakan kepergian aku ke kota. Dengan segudang doa dan restu dari beliau, langkah aku semakin yakin bahwa inilah jalan hidup aku mewujudkan cita-cita.
Di kota serba kutempuh untuk membantu meringankan beban orang tua, mulai dari pernah bekerja di tempat laundri. walau hanya mendapat penghasilan 500.000 sebulan tapi lumayan bisa membantu meringankan beban orang tua.
Sampai aku kerja di Hotel kelas melati, hanya untuk meringankan beban orang tua, aku sadar siapa aku. aku anak pertama dari empat bersaudara dan juga anak laki-laki. justru aku harus bisa meringankan beban orang tua, karena masih ada adek-adek ku yang harus dibiayai sekolahnya.
Keluarga adalah teman di kala sepi, penghibur di kala lara, dan tempat berkumpul saat bahagia. Keluarga adalah hadiah terindah yang Tuhan berikan untukku. mereka adalah orang- orang yang cerdas, berhati mulia dan penyayang, yang telah mengajari, membimbingku sampai saat ini.Mereka adalah pahlawan yang memberi aku dorongan semangat, membekali aku dengan segudang ilmu yang kelak bermanfaat untuk kehidupan. Aku bahagia ada di tengah-tengah mereka. Dengan dorongan semangat dan doa dari mereka, semangatku bangkit dan berapi-api yang siap menyongsong masa depan, dan menggapai cita-cita.
Aku sadar bahwa tidak ada hidup yang sempurna di dunia ini, baik di masa lalu maupun masa yang akan datang. Semua mempunyai sesuatu kekurangan. Tinggal bagaimana orang tersebut membuat kekurangan itu menjadi suatu kelebihan yang mampu menutupi kekurangan. Semua orang memiliki jalan hidup yang berbeda-beda, tidak ada yang sama. Baik itu datar saja atau bahkan berliku-liku. Tapi, aku yakin bahwa hidup itu bisa diubah untuk menjadi lebih baik, dan menjadi yang terbaik dengan jalan mempunyai prinsip hidup yang jelas yang mampu membawa kita perubahan yang kita tuju dan mewujudkan cita-cita.
Prinsip hidup adalah sesuatu yang berpengaruh besar terhadap usaha dan semangat kita dalam menjalani hidup ini. Untuk itu aku sadar, aku harus mempunyai prinsip hidup yang kuat dan mapu menjadi pegangan hidup aku dalam menjalani hidup ini. Prinsip hidup aku adalah hidup semangat bahagia dunia akhirat. Menurutku hidup di dunia ini harus penuh semangat. Karena tanpa semangat, aku mungkin tidak akan mempunyai cita-cita yang tinggi dan tidak akan bersekolah sampai detik ini, bahkan mungkin aku tidak akan ada di dunia ini. Tapi dengan semangat aku yang tinggi dan tekad yang kuat, aku ingin menunjukan pada dunia, inilah aku anak desa yang ingin mendapatkan pendidikan yang tinggi sehingga bisa mewujudkan cita-cita dan hidup yang sukses.
Bagiku pendidikan adalah penerang dalam menuju kehidupan sesungguhnya, sekaligus sebagai bekal agar aku bisa hidup dengan lebih baik, dan membuat orang yang aku sayangi bahagia. Hidup di dunia ini terasa kosong apabila hidup kita tidak membawa manfaat bagi orang lain. Karena, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Berbuat baik kepada orang lain kadang terasa sangat berat, kadang kita tidak mau melakukannya karena takut kita rugi. Berbuat baiklah kepada orang lain dan jadikan hidupmu bermanfaat untuk mereka, agar hidup di dunia ini tidak sia-sia. Jika kamu mampu melakukan itu artinya hidupmu sudah berguna dan kamu akan hidup bahagia di dunia dan kelak di akhirat. Nasihat beliau ini masih aku ingat dan ingin terus aku amalkan, meskipun hatiku tidak bisa sebening embun dan selembut hati malaikat. Semua manusia di dunia ini pasti menginginkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, begitupun aku.
Untuk bahagia di dunia yang harus aku lakukan adalah berusaha, berdoa dan pasrah setelah berusaha secara maksimal untuk menjadi lebih baik dan mewujudkan apa yang yang aku cita-citakan. Salah satu jalan yang aku pilih dalam berusaha adalah berusaha di jalur pendidikan. Dengan pendidikan yang bagus dan baik , maka hidup ini akan menjadi lebih baik. Kebahagiaan akhirat bisa di capai dengan ibadah yang rutin, berbakti dan mematuhi nasihat orang tua juga menjadi salah satu syaratnya.
Dari kenyataan hidup yang sederhana ini aku terinspirasi untuk mampu menjadi yang luar biasa, menjadi lebih baik, dan menjadi yang terbaik. Dengan demikian, pahlawan-pahlawan di hati dan orang-orang yang aku cintai dapat ikut merasakan kebahagiaan dan kebanggaan. Andaikan itu semua terjadi, betapa berartinya hidup aku ini.